Kamis, 11 November 2010

PENGUNGSI MEMBLUDAK MCK BERMASALAH

 (Klaten, Kamis, 11 Nov 2010). Kamar mandi, WC, dan pasokan air bersih sering menjadi masalah di posko-posko yang menampung pengungsi dalam jumlah besar. Salah satunya posko pengungsi di GOR Gelarsena Klaten yang hingga kini menampung 4.892 pengungsi.



Dengan jumlah pengungsi yang cukup banyak, GOR yang tadinya ramai dengan aktivitas olahraga, kini ramai dengan berbagai aktivitas para pengungsi. Ramai dan sesaknya GOR Gelarsena tersebut misalnya tergambar ketika Rabu siang kemarin (10/11) dilakukan pembagian jatah bantuan. Pengungsi saling berdesakan memenuhi pelataran teras depan GOR, demi berebut baju. Apalagi, ketika ada bantuan berupa bakso, mereka ramai berdesakan dan berebutan, seakan takut tidak akan mendapatkan jatah semangkuk bakso tadi.
Di posko ini, persediaan air bersih untuk sementara sudah mencukupi kebutuhan. “Kalau air, sampai saat ini belum ada masalah, masih bagus dan cukup,” tutur seorang warga dari Kepurun. Sayangnya, ketersediaan air bersih ini tidak dilengkapi dengan ketersediaan kamar mandi dan WC yang cukup. Banyaknya jumlah pengungsi di GOR ini tidak sebanding dengan ketersediaan kamar mandi dan WC. Di GOR sendiri terdapat 4 kamar mandi, ditambah 18 WC darurat, dan 10 kamar mandi semi permanen.
Sepintas, WC darurat yang disediakan tampak rapi dan bersih. Tapi, setelah dicek, di sekitar WC akan terlihat genangan limbah WC dan tercium bau tidak sedap. Apalagi, beberapa WC tampak tidak diguyur setelah digunakan. Jika kita tengok sudut-sudut posko, terlihat sampah berserakan. Sebenarnya, sudah tersedia beberapa tempat sampah, namun tidak cukup untuk menampung sampah dari ribuan pengungsi yang ada. Kondisi ini diperparah dengan tanah yang becek akibat hujan selama beberapa hari terakhir. Di beberapa titik, saluran air tersumbat dan menimbulkan genangan air yang mengeluarkan bau tidak sedap.
Kondisi kamar mandi yang jorok tersebut menyebabkan beberapa pengungsi memilih untuk mencari kamar mandi yang lebih bersih di luar posko pengungsian. Beberapa pengungsi mengaku memenuhi kebutuhan MCK di masjid atau rumah warga sekitar. “Kalau saya jujur tidak bisa, jika harus menggunakan MCK yang ada di GOR. Saya memilih mencari tempat di luar, seperti di perumahan warga, masjid, atau terminal. Di sana lebih nyaman,” jelas Tomo, pengungsi dari Kemalang. Pria paruh baya ini menambahkan, tidak hanya dia yang mencari MCK di luar, tapi banyak pengungsi lain melakukan hal sama. ”Bukan cuma saya kok yang begitu, warga lain juga banyak. Kami sampai membagi tempat agar tidak antri nantinya,” ungkapnya.
Pengungsi Pulang ke Rumah untuk MCK
Masalah MCK juga dialami beberapa posko besar di Kabupaten Sleman. Seperti diberitakan Jalin Merapi pada Selasa (9/11), kamar mandi di posko pengungsian Stadion Maguwoharjo kotor, bahkan beberapa kamar mandi saluran airnya tersumbat sehingga membuat air tergenang.
Di posko Masjid Agung Sleman, yang ditempati 1298 orang, masalah MCK lebih kompleks, mulai dari jumlah WC yang kurang, WC tidak besih, serta air yang sering mati. Terdapat bantuan WC darurat dari pemerintah, namun banyak dikeluhkan warga karena tidak nyaman digunakan.
Akhirnya, banyak warga yang pulang ke rumah hanya untuk mandi dan mencuci. Seorang pengungsi dari Turi yang tidak mau disebutkan namanya mengungkapkan, ”Saya dan teman-teman sering pulang hanya untuk mandi dan mencuci pakaian saja. WC di sini sedikit dan WC bantuan pemerintah tidak nyaman untuk digunakan”.
Masalah MCK ini, mulai dari persediaan air bersih, jumlah kamar mandi dan wc, hingga pengolahan limbah, harus menjadi perhatian pemerintah kabupaten atau kotamadya yang wilayahnya menjadi tempat pengungsian. Jika hal ini dibiarkan, ditakutkan akan menimbulkan masalah yang lebih kompleks, terutama mewabahnya berbagai penyakit.
di kutip dari jalin merapi
dd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar